LETTICA — JAKARTA – Apple dilaporkan telah menimbun persediaan perangkatnya seperti iPhone dan Mac sebagai persiapan untuk menghadapi tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dijadwalkan mulai berlaku pada Rabu, (9/4/2025). Sebelumnya, tarif impor Trump dikhawatirkan berdampak pada margin keungungan Apple dan bisa membuat harga iPhone naik hingga lebih dari dua kali lipat.
Apple Timbun iPhone di AS
Laporan terbaru menyebutkan bahwa Apple telah menerbangkan lima pesawat penuh iPhone dan produk lainnya dari India dan China ke AS dalam waktu tiga hari pada minggu terakhir Maret. Ini diyakini merupakan produk yang ditimbun Apple dalam upaya menghindari dampak tarif impor Trump.
“Pabrik-pabrik di India dan China serta lokasi-lokasi penting lainnya telah mengirimkan produk ke AS untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi,” kata seorang sumber pejabat India kepada The Times of India.
Saat ini Apple merakit seluruh jajaran iPhone 15 dan iPhone 16 di India dan China. Tarif dasar 10% untuk semua impor ke Amerika Serikat mulai berlaku pada Sabtu, (5/4/2025). Sementara pada 9 April, tarif, yang oleh Trump disebut sebagai “timbal balik” atau resiprosikal akan mulai berlaku, menaikkan tarif impor dari China menjadi 54% dan impor dari India menjadi 27%.
Dampak Tarif Impor Trump
Dengan menimbun persediaan sebanyak mungkin di Amerika Serikat, Apple dapat menunda dampak tarif. Tidak jelas berapa banyak persediaan yang dimiliki Apple di AS saat ini. Namun, CEO Apple Tim Cook dikenal memiliki kecakapan dalam mengatur rantai pasokan.
Jika Apple mampu menimbun persediaan iPhone yang cukup di AS untuk masa mendatang, Apple dapat menghindari keharusan menaikkan harga iPhone hingga peluncuran iPhone 17 musim gugur ini. Namun, produk-produknya yang lain mungkin tidak seberuntung itu. Misalnya, sebagian besar konfigurasi Mac yang dibuat berdasarkan pesanan dikirim langsung dari pabrik Apple di Tiongkok ke konsumen di Amerika Serikat, demikian dilaporkan 9to5Mac.
Saham perusahaan itu juga telah hancur lebur, turun hingga 18% dalam lima hari terakhir akibat dampak tarif Trump.