LETTICA — Beijing – Kisah tragis seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun dari China mencuri perhatian warganet setelah ia kabur dari rumah karena dimarahi ayahnya—dan baru mengetahui kabar kematian sang ayah setelah terlambat.
Anak itu, yang bermarga Wang, berasal dari Provinsi Jiangxi di Tiongkok timur. Pada 20 Mei lalu, ia meninggalkan rumah setelah dimarahi dan dipukul ayahnya karena terlalu lama bermain ponsel. Kejadian itu membuatnya memutuskan pergi tanpa tujuan yang jelas.
Namun dua hari setelah kepergiannya, nasib berkata lain. Ayah Wang yang bekerja sebagai kurir barang, mengalami kecelakaan fatal saat sedang bertugas. Menurut keterangan saksi mata, pria tersebut sedang mengendarai sepeda listrik ketika ditabrak sebuah mobil dan terseret hingga ke bawah kendaraan. Sopir mobil sempat mengaku bahwa ia tidak melihat korban di jalan.
Begitu mengetahui bahwa sang ayah dalam kondisi kritis, polisi dan para relawan bergerak cepat mencari Wang kecil, berharap ia bisa melihat ayahnya untuk terakhir kali. Sayangnya, saat bocah itu akhirnya ditemukan sedang duduk di luar sebuah toko, segalanya sudah terlambat—ayahnya telah mengembuskan napas terakhir, dikutip dari laman SCMP, Selasa (3/6/2025).
Salah satu relawan yang ikut dalam pencarian mengungkapkan bahwa orang tua Wang telah bercerai sejak ia masih kecil. Sejak itu, ia diasuh oleh ayahnya dan neneknya yang sudah berusia 70-an tahun.
Cerita menyentuh ini telah ditonton hampir lima juta kali di media sosial Tiongkok dan memicu gelombang simpati dari masyarakat. Banyak yang merasa kisah ini menggambarkan luka mendalam dari keluarga tunggal dan tekanan hidup yang berat.
“Ayahnya mungkin sedang mencari anaknya di sela-sela mengantar pesanan,” tulis seorang warganet.
“Anak itu mungkin belum benar-benar memahami apa itu kematian, tapi rasa penyesalan karena kabur dari rumah bisa menghantuinya seumur hidup,” komentar yang lain.
Keamanan Pekerjaan dari Sang Ayah Jadi Sorotan Warga China
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2704247/original/044238300_1547530681-Bendera_China.jpg)
Ada pula yang menyoroti sisi lain dari tragedi ini, yakni beratnya kehidupan para pekerja pengiriman di Tiongkok. Mereka menyoroti bahwa tekanan pekerjaan bisa berdampak pada kehidupan keluarga yang sudah rapuh.
Menurut data media pemerintah, Tiongkok memiliki lebih dari 10 juta pekerja pengiriman. Rata-rata mereka mendapat gaji sekitar 6.800 yuan (sekitar 900 dolar AS) per bulan. Sebuah survei yang dilakukan oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok pada 2020 mengungkapkan bahwa lebih dari 60 persen dari mereka bekerja tujuh hari dalam seminggu. Setengahnya bekerja antara 8 hingga 10 jam per hari, sementara 37 persen lainnya bahkan bekerja lebih dari 10 jam.
Sebagai respons terhadap tekanan tersebut, perusahaan pengiriman makanan raksasa Tiongkok, Meituan, mengumumkan pada Desember lalu bahwa mereka mulai menerapkan sistem anti-kelelahan. Sistem ini akan memberi peringatan kepada kurir yang telah bekerja selama delapan jam dan memaksa mereka untuk istirahat jika sudah bekerja selama 12 jam.
Namun bagi Wang kecil, semua upaya itu takkan bisa mengembalikan waktu yang hilang—ataupun kesempatan untuk memeluk sang ayah untuk terakhir kalinya. Sebuah pengingat pahit akan pentingnya kasih sayang, pengertian, dan waktu bersama di tengah kerasnya realitas hidup.